TOKSIKOLOGI
LOGAM BERAT
(MERKURI)
A. Kasus Pencemaran Lingkungan Merkuri
SUKABUMI, Tribun – Wakil Bupati
Sukabumi, Marwan Hamami menduga merkuri atau air raksa mencemari warga dalam
penambangan emas di sepanjang sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu yang bermuara ke
pantai. Sejumlah warga di sekitar kawasan wisata itu yang bekerja sebagai
penambang emas mulai mengalami gangguan pada kulit.
Kami menerima informasi dari petugas
puskesmas di lapangan bahwa benar pencemaran mercury akibat penggunaan air
raksa yang dilakukan warga setempat untuk menambang emas di pesisir pantai
itu,’ ujar Marwan, di Pendopo Sukabumi.
Marwan mengatakan, pencemaran di
kawasan wisata tersebut sudah mulai berdampak. Beberapa warga yang tinggal di
Sungai Cibangban mulai mengeluhkan penyakit kulit yang mendera mereka. Bahkan
ada warga yang menderita kulit melepuh dan warna kulit mereka jadi
berbintik-bintik,’ kata Marwan, seusai menghadiri pelepasan kontingan Kabupaten
Sukabumi ke ajang Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Jawa Barat, kemarin.
Menurut Marwan, dugaan sementara
gejala penyakit kulit yang dialami warga di sana akibat sisa bahan kimia
merkuri yang mengalir dari sungai Cibangban hingga ke pantai. Jadi kegiatan
penambangan emas di kawasan itu cukup membahayakan kesehatan manusia. Terutama
tercemarnya air sungai Cibangban,’ ungkap Marwan.
Lebih lanjut Marwan menjelaskan,
pihaknya sudah meminta Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk meneliti penyebab
penyakit kulit yang diderita warga. Apakah penyebab penyakit itu akibat
pencemaran bahan merkuri atau penyebab lainnya, kata Marwan, pihaknya masih
menunggu hasil penelitian pihak BLH. Sampai saat ini kami belum menerima
laporan dari BLH, sampai sejauh mana resiko pencemaran merkuri di Sungai
Cibangban hingga ke pantai,’ kata Marwan. Berdasar
pengamatan Tribun, penambangan emas di pantai dan sungai kawasan Cibangban
dilakukan warga setempat secara manual. Aktivitas itu dilakukan warga sejak
tiga bulan lalu, terutama setelah pasir di pantai Cibangban ditemukan serbuk
emas. Warga melakukan penambangan bila air laut surut.
B. Proses Pencemaran Lingkungan Akibat
Merkuri
Merkuri merupakan benda
cair,hydrargyrum, air/cairan perak unsur golongan transisi berwarna
keperakan dan merupakan satu dari lima unsur yang berbentuk cair
dalam suhu kamar serta mudah menguap. Karena merupakan benda cair sehingga
merkuri dengan mudah meresap ke dalam tanah. Tanah yang mengandung 50%
pori-pori yang terisi air dan udara lebih mempermudah merkuri yang merupakan
benda cair untuk bereaksi ke dalam tanah Secara alamiah, pencemaran Hg berasal
dari kegiatan gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg.
Apabila masuk ke dalam air tanah, kemudaia air tanah mengalir masuk
menuju ke perairan dengan system. permeabilitas tanah. Merkuri mudah bereaksi
dengan unsur yang ada dalam tanah dan air dan membentuk HgCl (merkurianorganik).
Merkuri anorganik akan berubah oleh peran mikro organisme. Merkuri dapat
pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organomerkuri. Senyawa organo
merkuri yang paling umum adalah methyl merkuri yang dihasilkan oleh mikro
organisme dalam tanah dan air.
Komponen merkuri yang digunakan
dalam pestisida, umumnya memasuki tanah dengan jumlah 1g/ha sampai 200g/ha
(0,0005±0,1 ppm), yang mana apabila lebih dari tingkatan itu dapat
menghancurkan organik dalam tanah dan nitrogen dalam mineral tanah. Tanah
mengandung CO2 dengan kesuburan tanah NH2dan NaOH.
Merkuri dapat bereaksi dengan nitrogen tanah membentuk methyl mercuryHg(NO2)3.
Methyl merkuri dapat terendap dengan skala waktu yang cukup lama di dalam tanah
karena merkuri stabil dan tidak dapat dipisahkan bahkan dicampurkan dengan zat
lain.
Proses metabolisme sebagian dari
alkil merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik dan akan
terakumulasi pada organ hati dan ginjal. Senyawa alkil merkuri dalam tubuh
selama 70 hari dan dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping
metabolisme. Jumlah hasil alkil merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping
metabolisme tubuh hanyalah mencapai 1 % dari total alkil yang masuk, 99 %
terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh. Pembuangan senyawa merkuri
organik dari dalam tubuh berkaitan erat dengan sistem urinaria atau sistem
pembuangan. Merkuri yang masuk ke dalam hati akan terbagi 2:
1. Sebagian
akan terakumulasi pada hati
2. Sebagian
lainnya akan dikirim ke empedu
Dalam
kantung empedu senyawa merkuri organik akan dirombak untuk dapat dihancurkan
dan dimusnahkan daya racunnya, hasil perombakan berupa senyawa merkuri
anorganik yang kemudian dikirim lewat darah ke ginjal. Pada ginjal, senyawa
merkuri anorganik ini mengalami proses pemilahan akhir, dimana akan
terakumulasi pada ginjal dan lainnya dibuang bersama urin.
Wanita hamil yang terpapar oleh
senyawa alkil merkuri dapat menyalurkan pada janin yang dikandungnya. Senyawa
alkil merkuri masuk bersama makanan melewati plasenta dibawa oleh peredaran
darah ke janin. Kontaminasi yang disebabkan oleh alkil merkuri dapat merusak
otak janin sehingga bayi menjadi cacat. Wanita menyusui yang terpapar oleh
senyawa metil merkuri dapat mengakibatkan keracunan merkuri pada bayi yang
disusui. Berikut dibawah ini merupakan beberapa gambar dari penderita yang
mengalami keracunan zat merkuri atau logam berat berbahaya serta dampak yang
terjadi bagi organ dalam tubuh manusia yang terdapat toksin didalam tubuh
manusia.
C. Mekanisme Gejala
Keracunan Merkuri
Gejala yang diakibatkan
oleh keracunan merkuri sangat tergantung pada dosis yang diterima oleh tubuh,
lamanya keterpajanan, dan daya tahan tubuh penderita. Gejala dapat bersifat
akut maupun kronik.
a.
Keracunan Akut
Gejala akut akibat
keracunan merkuri dapat timbul dalam beberapa jam, yaitu berupa rasa lemah,
menggigil, rasa logam, mual dan muntah, diare, batuk dan sesak napas. Gejala
muncul setelah menghirup uap merkuri. Keracunan ini dapat berkembang menjadi
pneumonia intersistel disertai dengan gangguan fungsi paru yang berat.
Penyembuhan pada umumnya sempurna namun dapat terjadi fibrosis paru. Laporan
lain juga menyebutkan gejala awal keracunan dimulai dengan rasa baal pada
tungkai dan daerah sekitar mulut, gangguan keseimbangan tubuh, dan kesulitan
menggerakkan tangan. Selanjutnya terjadi gangguan koordinasi, kelemahan dan
tremor, gaya bicara yang pelan, pendengaran dan penglihatan yang berubah. Gejala-gejala
ini akan bertambah buruk mengarah kepada kelumpuhan umum, gerakan yang
involunter, kesulitan menelan, kejang-kejang, kerusakan otak dan meninggal.
b.
Keracunan Kronis
Gejala yang timbul
terjadi secara lambat berupa gejala neurologis, yang disebut sindrom vegetatif
kronik astenik. Sindrom ini terdiri atas gejala neurastenik disertai dengan
tiga atau lebih gejala, yaitu peningkatan ambilan (intake) iodium radioaktif
oleh kelenjar tiroid, takikardia, nadi labil, gingivitis, dermografia, dan
peningkatan merkuri dalam urin. Pajanan yang terus-menerus mengakibatkan tremor
dan perubahan psikologis misalnya depresi, iritabilitas, rasa malu berlebihan,
dan gangguan vasomotor (prespirasi berlebihan dan flushing). Keseluruhan gejala
ini disebut eretism.
Ciri umum keracunan uap merkuri adalah hipersalivasi dan gingivitis. Trias gejala yang menonjol adalah eksitabilitas, tremor dan gingivitis. Pajanan yang lebih kronis dapat menyebabkan disfungsi ginjal. Gangguan ginjal yang parah terjadi pada pajanan merkuri anorganik. Pada keracunan merkuri anorganik (terutama ion merkuri) muncul sindrom akrodinia, yaitu gejala-gejala yang berupa eritema pada ekstremitas, dada dan wajah, photophobia, diaforesis, mual, takikardia, sembelit dan diare.Pajanan merkuri organik (methylmercury) pada umumnya menimbulkan gejala neurologis. Gejalanya berupa gangguan penglihatan (skotoma dan penyempitan medan penglihatan), ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan pendengaran, disartria, kemunduran mental, tremor, gangguan motorik, paralisis, dan kematian. Efek terhadap fetus dapat terjadi walaupun ibu yang mengandungnya tanpa gejala. Gangguannya berupa kemunduran mental dan neuromuskular.
Ciri umum keracunan uap merkuri adalah hipersalivasi dan gingivitis. Trias gejala yang menonjol adalah eksitabilitas, tremor dan gingivitis. Pajanan yang lebih kronis dapat menyebabkan disfungsi ginjal. Gangguan ginjal yang parah terjadi pada pajanan merkuri anorganik. Pada keracunan merkuri anorganik (terutama ion merkuri) muncul sindrom akrodinia, yaitu gejala-gejala yang berupa eritema pada ekstremitas, dada dan wajah, photophobia, diaforesis, mual, takikardia, sembelit dan diare.Pajanan merkuri organik (methylmercury) pada umumnya menimbulkan gejala neurologis. Gejalanya berupa gangguan penglihatan (skotoma dan penyempitan medan penglihatan), ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan pendengaran, disartria, kemunduran mental, tremor, gangguan motorik, paralisis, dan kematian. Efek terhadap fetus dapat terjadi walaupun ibu yang mengandungnya tanpa gejala. Gangguannya berupa kemunduran mental dan neuromuskular.
D. Cara Pengendalian Pencemaran Lingkungan
Akibat Merkuri
Pencemaran air oleh merkuri tidak
bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan,
atau pemberian tawas. Hal ini karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik
untuk menghilangkan merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu
mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion merkuri hingga menjadi jenuh,
kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga merkuri
bisa dinetralisir. Mencegah merkuri tidak masuk perairan. Pada penelitian
dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang terekpos air raksa
diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air
raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan. melakukan AMDAL
terhadap suatu perusahaan yang menggunakan air raksa harus dilakukan dengan
benar dan sanksi yang tegas apabila AMDALnya membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.
Pengendalian atau penanggulangan
pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara
umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi.
Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian
pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha
untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan
secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan
yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan
ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri
yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan
kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara
teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya,
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beberapa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beberapa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Pestisida alkil merkuri tidak boleh
digunakan lagi.
2.
Penggunaan pestisida yang
menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
3.
Semua induatri yang menggunakan
merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah
merkurinya hingga batas normal.
4. Pelaksanaan
rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran
merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai
atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air
sekililingnya.
E. Analisis
Kasus Pencemaran Lingkungan Akibat Merkuri
Pencemaran lingkungan
pastinya akan berdampak buruk bagi lingkungan itu sendiri dan juga berdampak
buruk bagi penghuni atau masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan
tersebut, seperti terlihat pada kasus yang terjadi di daerah sukabumi. Air yang
digunakan oleh masyarakat tercemar akibat aktivitas penambangan emas sehingga
merkuri-merkuri yang ada mencemari semua air yang ada disekitar lingkungan,
dimana air tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat untuk melangsungkan
kehidupannya.
Ketidak tahuan akan hal bahaya dari limbah penambangan
emas inilah yang membuat lingkungan beserta masyarakat sekitar merasakan dampak
buruknya, seandainya masyarakat yang melakukan penambangan emas lebih cermat
dan mengerti akan bahaya akibat limbah penambangan emas maka masyarakat pasti
akan lebih mewaspadai hal tersebut. Sosialisasi pemerintah harusnya lebih
diperhatikan agar pencemaran lingkungan tersebut tidak mewabah ke daerah-daerah
lainnya yang belum terjangkau oleh pencemaran yang ada karena pada dasarnya air
itu terus mengalir sampai kedaratan paling rendah dan sangat ditakutkan apabila
seluruh warga masyarakat daerah sukabumi mendapatkan dampak buruknya. Dampak
buruk yang terjadi diakibatkan oleh merkuri pun tidak hanya berdampak pada
penyakit kulit namun seiring berjalannya waktu penyakit tersebut dapat
berdampak ke sistem tubuh manusia dan mengakibatkan penyakit dalam yang
berakibat fatal, maka dari itu kesadaran masyarakat khususnya daerah sukabumi
yang melakukan penambangan emas sebaiknya ditekankan. Perihal tersebut dibahas
karena untuk mengingatkan bahwa dampak yang terasa pada saat sekarang akan
menjadi boomerang atau masalah besar dimasa yang akan datang. Penyakit yang
disebabkan karena logam berat seperti merkuri amat susah untuk disembuhkan
seperti halnya penderita penyakit kanker, apabila sudah sangat kronis dan
dilevel penyakit yang berbahaya atau stadium lanjut maka semakin lama akan
semakin memburuk.
Sumber:
tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-lingkungan-logam.html
anakpintarunhas.blogspot.com/2011/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar