Apabila
kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita, masyarakat kecil
atau masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah masyarakat yang secara
keseluruhan hanya mampu menggantungkan kehidupannya pada pihak lain, dalam
hal ini terutama pada pemerintah. Mereka juga bukan seluruhnya dapat dikatakan
akan menjadi beban pembangunan bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu, bukan
lain karena diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat untuk mandiri
dan lepas dari ketergantungan pada pihak lain.
Kasus
di Jakarta menunjukkan, ternyata partisipasi masyarakat terhadap perekonomian
cukup berarti bagi kelangsungan roda pertumbuhan ekonomi, minimal mengurangi
beban yang seharusnya menjadi tanggungan pemerintah. Dalam kasus ini, Biro
Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menghitung, ternyata pedagang kaki lima
Jakarta menyetor pungutan liar sebesar Rp 53,4 milyar/tahun, dengan omzet Rp
42,3 milyar/hari!. Dari aset dan omzet yang ada, ternyata sektor ini tidak
begitu miskin, artinya angka yang dihasilkan oleh mereka ternyata juga cukup
besar.
Jadi
dalam kasus tadi, sikap para pedagang kaki lima ternyata menunjukkan bahwa
mereka mampu eksis di tengah gelombang terpaan krisis ekonomi yang terjadi.
Jelas sikap kewirausahaan semacam itu akan cukup signifikan bagi peningkatan
kemampuan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan di beberapa kota lainnya,
kita bisa menyaksikan, betapa di jalan-jalan utama kota tadi, kini telah
tumbuh pusat-pusat ekonomi informal yang juga ternyata mampu membantu menaikan
pendapatan ekonomi warga masyarakat serta diyakini kedepannya akan berimplikasi
pada peingkatan kehidupan dan kesejahteraan para pedagang yang ada di sana.
Makanya
tidak seluruhnya benar ungkapan yang mengatakan bahwa penyebab keterpurukan
ekonomi bangsa ini adalah karena adanya ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal
(capital). Dari segi ekonomi, modal adalah memang salah satu kekuatan
pertumbuhan ekonomi. Namun tanpa dibarengi dengan kekuatan untuk berusaha
dengan keras, tetap saja akan kurang signifikan dengan peningkatan
produktivitas. Sebagaimana para pedagang kaki lima tadi, dengan modal terbatas,
akhinya mereka tetap mampu eksis. Dengan mereka eksis, minimal mereka akan
mampu memenuhi kebutuhan-kebuuhan dasar kehidupan keluarganya. Diharapkan dari
peningkatan tersebut, akan meningkatkan pula kesejahteraan keluarga mereka.
Dengan begitu, pemerintah tinggal mendorong semangat berwirausaha ini menjadi
semangat kolektif yang terus pula dikembangkan menjadi lebih luas lewat
pembinaan-pembinaan kelompok usaha-kelompok usaha yang ada di masyarakat, atau
paling tidak memberikan arahan-arahan bagi pengembangan usaha mereka secara
personal.
sumber : kompasian.com
saran : sebaiknya untuk membangun bangsa yang lebih maju harus bermula dari yang bawah atau dari hal yang kecil, masyarakat desa contohnya, disebuah pedesaan pasti mayoritas penduduknya bermata pencarian dibidang pertanian atau perternakan, dari hasil pertanian tersebut kemudian dapat diekspor, dengan hal itu masyarakat desa dan kota berarti sudah berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar